Bagaimana jika jamaah tidak mabit ke Muzdalifah?
Jawab :
Para ahli berbeda pendapat yaitu :
a. Mabit di Muzdalifah hukumnya rukun menurut Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, Ibrahim al-Nakho’i, as- Sya’abi, Alqamah dan Hasan Basri. Jika ditinggalkan hajinya tidak sah dan tidak dapat diganti dengan dam.
b. Mabit di Muzdalifah hukumnya wajib menurut Imam Malik, Syafi’i, dan Ahmad bin Hanbal. Jika ditinggalkan dikenakan dam dengan menyembelih seekor kambing dan hajinya sah.
c. Mabit di Muzdaliflah hukumnya sunah menurut Abu Hanifah dan salah satu pendapat Syafi’iyah. Jika ditinggalkan hajinya sah dan tidak dikenakan denda membayar dam. Jika jamaah berangkat dari Arafah langsung ditempatkan di wilayah perluasan Mina atau yang sering disebut Mina Jadid, maka sesungguhnya wilayah tersebut adalah Muzdalifah. Jadi secara otomatis jamaah tersebut mabit di Muzdalifah.
Menurut jumhur ulama (mazhab Hanafi, Maliki dan Syafi’i) jamaah haji yang tidak mungkin mabit di Muzdalifah karena udzur seperti terkena macet di jalan, atau tersesat jalan, atau salah tempat, sehingga lewat waktu mabit maka yang sersangkutan tidak dikenakan denda apapun. (lihat : Az-Ziham wa Atsaruhu fi Ahkami an-Nusuk (al-Hajj wal Umrah), hal 52)
(Buku Panduan Konsultan Ibadah, Kementerian Agama RI 2019, him. 127)
Sumber : Konsultasi Manasik Haji dan Umrah, Kementerian Agama RI, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah 1441 H / 2020 M